Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2025

salah paham untuk tau.

“Aku suka kamu, deh.” Dia hanya mendengarkan dan gak menjawab apa-apa. Dia tersenyum kecil, sambil menatapku. Senyumannya memang indah, makanya sering mengalihkanku dari jawabannya yang gak pernah kudengar itu. Ya. Ini bukan yang pertama kali aku menyatakan perasaanku terhadapnya, bahwa aku menyukainya, bahwa aku ingin menyebut hubungan ini dengan sebuah nama. Bukannya menanggapi pernyataanku, dia malah bertanya, “Kamu mau suka matcha kan?” Yah, dia emang gitu. Udah satu tahun kenal dia, bareng dia, tapi dia masih juga gak mau memulai percakapan tentang cinta. Akunya udah telanjur suka, tapi dia bahkan gak pernah menyampaikan satu pun bentuk tanda. Maksud…  it’s fine if he doesn’t like me , tapi pernyataan suka aku, bukannya layak dapat tanggapan? Padahal sesederhana iya atau nggak. 

melihat kita.

 Kayaknya sah jadi hal yang menyesakkan untuk merasa bahwa kita enggak cukup untuk seseorang yang kita sayang.  Rasanya kayak terlalu banyak kurangnya. Rasanya selalu salah karena aku nggak bisa jadi apa yang kamu mau.  Di dalam lagunya Nidji yang Rahasia Hati, ada kalimat dalam liriknya begini. "Andai Matamu Melihat Aku" dan kamu tahu nggak satu kalimat itu bisa menjadi kalimay sederhana yg bisa menjelaskan segala bentuk perasaanku ke kamu.  Andai matamu melihat aku Mau kamu lagi senang Mau kamu lagi sedih  Mau kamu lagi pusing stress sama kerjaan kamu.  Mau kamu lagi gelisah dan butuh teman cerita yg bisa mendengarkan Dia menerima kamu Dia selalu ada disitu Andai matamu melihat aku, maka kamu akan melihat seseorang yg selalu nungguin kamu.  Aku sendiri ga pernah ngebayangin kalau menunggu jadi sesuatu yg ngebingungin gini. Aku kembali mengerti kalau sebenernya aku gak kemana-mana  Setiap kamu datang aku pasti bukain pintu dan mengulang kesalahan...

Sebatas di sana.

  Aku merekam ini pada suatu hari di bulan April. Aku tulis di notes hp, hari ini aku coba pindahkan disini.  Akhir-akhir ini masih sering turun hujan. Bahkan seminggu yang lalu aku bisa melihat pelangi tanpa perlu pakai kacamata. Indah meski tidak benar-benar jelas dan sempurna. Anginnya cukup menakutkan. Tanamanku banyak yang jatuh karena raknya tidak kuat menopang. Beberapa di antaranya patah, tidak terselamatkan dan harus kurelakan. Kalau pun dipaksa untuk disatukan, mereka akan mati tanpa perlu menunggu lama. Yah… rak hanyalah sebuah tempat, dan kamu pun tahu, tidak semua tempat mampu menahan banyak beban.  Hahaha Dulu, cerita kita juga gitu, kan? Aku yang kelelahan, kamu yang minta dilepaskan, membuat hubungan kita gak kuat, gak sanggup dia menolong kita berdua. Dan kemudian, kita pun terjatuh, patah.   Setelah itu, aku tidak benar-benar tahu apa yang terjadi. Aku lupa. Mungkin aku sempat mati, tapi gak jadi, atau mungkin juga hingga kini ada bagian dalam ...

Dialog Kala Itu.

“ Amel udah sampe rumah?” “Udah, baru aja.” “Amel tadi makan malam pake apa?” “Ayam.” “Ayam terus, gak bosen?” “Kamu? Nanti makan apa?” “Aku lagi makan diluar abis olahraga tadi laper banget." "Okey hati-hati" "Baiklah" "Kenapa? Baiklah?" "Itu kan tadi aku tanya kamu udah di kost, ya aku jawab baiklah, sensi banget ih" "Engga, gak sensi itu nanya aja"  "Yaudaa, kamu percaya gak kalo aku sering cek repostan tiktok kamu hehe" "Oh iya?" "Iya ga sering sih cuma berkala aja"  Hangat sekali rasanya, untuk mengetahui pengakuan kecilnya memperhatikanku dengan cara lain.  " Amelia Regita aku minta maaf ya kamu harus ngerasain fase ini lagi.  Aku pun gabisa maksa tetep berhubungan dengan kamu karena ujungnya gabaik buat kita dengan kondisi saat ini"  "Iya gapapa, maaf juga ya. Hati2 disana jaga kesehatan"  Sekarang 6 bulan sejak waktu itu, dan yaa aku kehilangan dia. Kami.... Selesai.